diskominfo@pamekasankab.go.id

Jl. Jokotole Gg IV No.01 Pamekasan, Jawa Timur.

Detail Berita

MAS TAMAM : SAYA BUKAN BUPATI, TAPI PELAYAN MASYARAKAT

Kamis, 16 Desember 2021  712  

Pemkab Pamekasan- Bupati Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Baddrut Tamam berkomitmen untuk memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat melalui program yang berpihak kepada mereka sesuai dengan rancangan pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).

Menurutnya, perubahan zaman yang sangat cepat menuntut pelayanan pemerintahan juga cepat. Mengingat pelayanan yang lambat itu berdampak buruk terhadap kemajuan sebuah daerah.

Bupati yang akrab disapa Mas Tamam tersebut meminta pejabat di lingkungan Pemkab Pamekasan untuk selalu turun kepada masyarakat guna menyerap aspirasi yang mereka inginkan, terutama camat. Bukan saatnya pejabat sekarang bangga dengan jabatannya yang kemudian melupakan amanah rakyat.

"Gara-gara jadi bupati misalnya lantas jalannya pura-pura ganteng, itu tidak musim sekarang. Model kepemimpinan di masa saya, tidal boleh negeri, swasta saja, pak camat, tolong datangi pak kades, serap aspirasi yang mereka inginkan, menyatu, dan melebur bersama rakyat," katanya, Kamis (9/12/2021).

Dirinya tidak sungkan-sungkan mencium tangan masyarakatnya yang telah sepuh lantaran ingin berbaur serta menghormati mereka. Artinya, jabatan bupati bukan kemudian membuat seseorang harus berjarak dengan masyarakat.

"Bahkan, saya membiasakan diri mencium tangannya orang sepuh di beberapa tempat, saya tanya ke pak Tarsun (Kepala Dinsos,red) ada nggak bupati yang mencium tangan rakyatnya? Tidak ada, karena saya bukan bupati, tapi pelayan masyarakat," tambahnya saat acara pemberian bantuan kepada masyarakat di Balai Desa Lembung Kecamatan Galis.

Pondasi kepemimpinan yang digunakan selama dirinya menjadi bupati adalah prinsip kemimpinan untuk kemaslahatan ummat. Oleh karena itu, semua program yang telah dicanangkan untuk mendorong kesejahteraan masyarakat, seperti wirausaha baru (WUB).

Tokoh muda Nahdlatul Ulama ini menambahkan, jabatan bupati, kepala dinas, camat, kepala desa dan lain-lain akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT kelak. Oleh karena, jabatan tersebut harus menjadi alat pengabdian, bukan tujuan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompoknya.

"Jangan sok enak duduk di kursi bupati, pak camat juga, tidak boleh. Karena nanti akan dihisab di hadapan Allah. Mudah-mudahan jabatan ini menjadi alat menuju ridha Allah SWT," tandasnya.

Dia menjelaskan, pemimpin yang tetap menggunakan gaya lama tidak cocok diimplementasikan pada zaman sekarang. Tetapi harus merubah menejemen pemerintahan yang baru sesuai dengan tuntutan zaman.

"Ini namanya reformasi birokrasi. Cara baru harus digunakan oleh kita, karena perkembangan reformasi industri sudah berbeda, dulu tidak ada selfi, sekarang ada selfi, dulu tidak ada jualan online, sekarang ada jualan online. Lantas bupati, camat, pakai cara lama, ya tidak cocok," tegasnya.

Makanya, lanjut dia, dirinya terkadang hanya memakai rompi ketika turun kepada masyarakat setiap ada musibah yang menimpa mereka demi mempercepat layanan. Tidak harus memakai baju dinas bupati ketika ingin bertemu masyarakat.

"Kadang saya hanya pakai kaos dan rompi turun ke masyarakat, karena yang penting layanan cepat," pungkasnya.